Monday, September 24, 2007

Mencuri Uang Tabungan Sekolah


Di sekolah saya dulu pada saat masih SD, kita para murid diwajibkan menabung disekolah, dan hukumnya wajib kecuali bagi orang yang benar-benar tidak mampu. Uangnya dikumpulkan oleh guru wali kelas masing-masing, dan dicatat di buku tabungan yang selalu kita pegang. Di sekolah ada anak yang sampai sekarang saya masih ingat namanya selalu menabung di atas rata-rata anak-anak di sana. Namanya Yopie dan dia selalu menabung setiap hari sebesar Rp. 500.00 Wah jaman dulu sih uang segitu lumayan besar nilainya, sekitar tahun 1982an.Saya termasuk orang yang standar-standar aja dalam menabung. Cukup Rp. 100.00 per hari.

Nah pada suatu hari terjadi suatu peristiwa yang gak akan saya lupakan seumur hidup. Kejadiannya pada saat saya kelas 2 SD, guru wali kelas saya pada waktu itu bernama Ibu Khadijah. Pada suatu siang sekitar pukul 11 beliau menghitung uang tabungan di meja guru dan anak-anak dibiarkan bermain-main di dalam kelas, alhasil terjadi kericuhan dan hiruk pikuk anak-anak yang bercanda dengan teman-temannya, termasuk saya tentunya. Entah bagaimana topi yang tadi pagi saya pakai untuk upacara pagi (topi SD standar) dipakai untuk lempar-lemparan teman-teman dan akhirnya jatuh ke meja Ibu Khadijah, tapi beliau cuek sambil menghitung uang tabungan anak-anak kelas pada hari itu. Begitu saya melihat topi saya berada di jangkauan langsung saja saya meraih topi tersebut dan langsung memakainya di kepala saya, namun apa yang terjadi.......

Begitu topi saya pakai secara reflek saya berteriak kesakitan karena ternyata pada saat saya mengambil topi tersebut secara tidak disengaja uang logam yang jumlahnya lumayan banyak ikut terambil ke dalam topi tersebut dan menimpa kepala saya. Malangnya adalah Bu Khadijah mengira saya berniat mencuri uang tersebut. Saya yang sedang "menikmati" rasa sakit akibat kepala saya yang tertimpa banyak uang logam tiba-tiba tangan saya dipegang oleh Ibu guru tadi dan saya diseret ke kantor guru, saya menangis sejadi-jadinya dan berteriak-teriak kalau saya bukan pencuri.

Diproses di ruang guru dan dikelilingi oleh guru-guru yang menurut saya killer, ada Pak Jayani, Ibu Khadijah, Pak Sodikin, Pak Endang, dan masih banyak lagi yang saya lupa namanya. Hampir semuanya menuduh saya pencuri. Saya sudah berhenti menangis dan mulai mendengar di luar kalau ada kakak-kakak kelas saya yang mengolok-olok saya dari luar ruangan," tukang nyolong tuh...!" Wah saya nggak terima donk, saya kembali balas teriakannya " Dasar orang miskin, Gue orang kaya, gak mungkin nyolong, loe tuh yang biang nyolong, dasar miskin..!!" Tiba-tiba saya dijambak oleh salah seorang guru yang mengatakan kalau omongan saya tidak pantas, saya kembali menangis hu..hu..hu..

Tidak lama ibu saya datang dengan tergopoh-gopoh, entah apa yang dibicarakannya dengan kepala sekolah dan tim guru akhirnya saya bebas pulang, sampai di rumah saya ceritakan apa adanya dan ternyata ortu tidak marah, malah memberi nasihat kalau besok-besok harus lebih hati-hati dan jangan becanda di dalam kelas.

Lalu bagaimana dengan kakak-kakak kelas yang mengolok-ngolok saya..?? Sepanjang tahun selama mereka bersekolah disana ejekan tersebut masih selalu terdengar di telinga saya dan seperti biasa selalu saya balas dengan kata-kata "Dasar miskin, untung gue kaya, jadinya nggak norak kayak loe."

(maaf kalau kata-katanya agak kurang berkenan)

This story is dedicated for my Elementary School Teacher Mr. Sodikin

No comments: