Thursday, October 25, 2007

Get Busted....!!


"Selamat siang Pak...."
"Selamat siang..... Ada apa Pak..??"
"Bapak tadi melanggar rambu dilarang masuk dan ketika diperingatkan untuk berhenti Bapak tidak berhenti.."
"Lho... sekarang saya berhenti kok, kenapa anda bilang saya tidak berhenti..?? Lagipula anda tadi seperti formasi pengawalan jadi saya pikir anda tidak memberhentikan saya tapi menyuruh saya minggir karena ada pejabat daerah yang mau lewat..."
"Ya sudah, tolong SIM dan STNKnya Pak...!"

Begitulah sedikit percakapan ketika kami berempat, saya, istri saya, Tommy dan Andra diberhentikan oleh polisi di Solo ketika kami salah jalan. Setelah sedikit percakapan tadi polisi yang memberhentikan kami menuju ke mobilnya diiringi oleh saya dan Tommy. Tanpa ba..bi..bu.. dia langsung menulis surat tilang

"Mas Rino, minta slip yang biru...!" bisik Tommy
"Siiipp....", " Pak, saya minta slip yang biru...!"
Untuk sekedar informasi saja, pada surat tilang terdapat sip merah dan slip biru, slip merah diberikan kepada pelanggar apabila si pelanggar tidak mengakui kesalahan dan tidak mau menandatangani surat tilang sehingga proses akan dilanjutkan di kantor polisi atau pengadilan setempat, sedangkan slip biru diberikan kepada pelanggar apabila si pelanggar mengakui kesalahan dan kemudian slip tersebut dibawa ke BRI setempat dimana kita harus membayar denda sesuai dengan kesalahan kita, lalu STNK atau SIM yang diambil polisi dapat kita ambil dengan menunjukkan slip bukti bayar dari BRI setempat itu tadi. Jadi proses akan jauh lebih mudah jika kita mengaku salah dan diberikan slip biru.
Tapi anehnya ketika saya minta slip yang biru, bapak polisi tadi berujar..

"Maaf Pak, slip birunya nggak bisa saya kasih..."
"Lho kok begitu...?"
"Memang begitu peraturannya..!"
Mendengar jawaban tidak memuaskan tersebut Tommy (adik ipar saya) langsung mendekati polisi tadi sambil berujar..
"Bapak ini lulusan Serpong kan..?"
"Iya...."
"Bukannya waktu di Serpong Bapak dianjurkan untuk memberikan slip biru jika pelanggar mengaku salah..?"
"Iya benar, tapi di Jawa Tengah peraturannya beda Pak..."
"Ah yang beneeeeerrrr....?" Sambut Tommy sambil mengeluarkan HP dari kantongnya, ternyata dia mencoba menghubungi salah seorang kenalannya seorang polisi yang bertugas di Solo, dan benar saja...

"Selamat siang Bang... Maaf mengganggu, gue kena tilang nih..."
"Kena di mana Tom...?"
"Di deket rumah sih, katanya polisi di sini nggak bisa ngasih slip tilang warna biru, bener nggak Bang..?"
"Wah aku nggak tau Tom, aku kan di reserse, ya udah, ditilang aja Tom, ntar aku yang urus..."
"OK Bang, Thanks..."
Selesai percakapan singkat itu Tommy kembali ke polisi tadi

"Ya sudah Pak di tilang aja...."
"Tapi lagi-lagi polisi tadi mengungkit-ungkit bahwa slip biru tidak bisa diberikan, dan "ceramah" dari dia harus kami dengarkan. Hal ini menyebabkan Tommy kembali mengambil HPnya dan kemudian menghubungi seseorang yang ternyata adalah Pak Bambang Kaditlantas Polda Metro Jaya, percakapannya di speaker phone

"Selamat siang Pak..."
"Selamat siang Tom, ada apa nih tumben nelpon.."
"Begini Pak, saya kena tilang di Solo, tapi polisi yang nilang nggak mau ngasih slip warna biru, katanya peraturan di Jawa Tengah beda..."
"Hah.... Kata siapa itu, peraturan itu berlaku nasional dan sudah disetujui antara kepolisian, Mahkamah Pengadilan dan BRI, siapa itu yang ngomong..?"
"Saya Pak, Bripka Suyanto...." Jawab si Polisi penilang kami tadi dengan agak gugup
"Ya udah Pak nggak usah diperpanjang, terima kasih Pak Bambang" Ujar Tommy

"Ya sudah begini saja Pak, kalau Bapak bersikeras untuk meminta slip warna biru saya kasih deh slip biru ini... Kalo Bapak berdua dari Angkatan kenapa dari tadi tidak bilang...?"
"Lho, kami bukan dari Angkatan, tapi tadi Bapak tidak memberikan kami kesempatan untuk menjelaskan duduk perkara, ngambil STNK, SIM, trus langsung tulis di surat tilang Rino Haritus, kapan saya bisa ngomong..." Ya udah di kasih yang merah juga nggak ngaruh sama saya..."Omel adik ipar saya itu
"Ok, umurnya Pak Rino berapa....?"Polisi tadi bertanya sambil ingin mengisi kolom umur di surat tilang
"Itu kan ada di SIM, lihat aja...!"
"Oh 32 ya... Tinggalnya di mana...?"
"Itu kan ada di STNK, tinggal diliat trus ditulis, kenapa pake nanya-nanya..?"
"Ya udah, di komplek Hankam Kelapa Dua ya...."

Selesai proses melelahkan itu kami pulang dan kembali menelpon si Abang yang ternyata bernama Pamudji, salah seorang yang dikenal baik oleh keluarga kami. Dia meminta kami untuk menunggu sebentar di dekat tempat lokasi kejadian. Tidak berapa lama dia muncul, kemudian mengambil surat tilang tadi kemudian membawanya, setelah itu kami pulang.
Sampai di rumah langsung ambil es buah, pergi ke teras depan kemudian membakar rokok, baru setengah batang datang si Abang tadi sambil membawa STNK yang ditahan tadi. Hidup ini memang sedikit lebih mudah kalau kita banyak mengenal orang he..he..he..

Jadi tidak selamanya peraturan pusat bisa diterapkan di daerah, meskipun daerah tersebut bisa dibilang kota yang cukup besar seperti Solo

Monday, October 22, 2007

LOVE (From My Perspective)


Cinta.....???

Cinta itu memberi (love is giving)
Cinta bukan mengharapkan sesuatu

Coba dicerna deh, pasti anda akan tersenyum sendiri

Campur Darat Boyolangu Idol


Masih pada saat pulang kampung versi Lebaran 2007, Tulung Agung Minggu lalu

Setiap pagi dan sore hari, saya, Andra dan adik ipar saya Tommy selalu berkeliling desa Wajak di Tulung Agung dengan mengendarai mobil. Biasanya kita selalu menuju ke sawah atau ke kaki gunung Budeg sambil foto-foto, lumayan buat kenang-kenangan Andra kalau sudah besar nanti. Tapi pada hari itu kita berdua (me and my brother inlaw) sepakat untuk mengunjungi pengasuhnya Andra yang kebetulan rumahnya tidak terlalu jauh dari lokasi rumah ortu mertua saya, kira-kira 10 Km.

"Rumahnya di sebelah mana sih bule'....?"
"Pokoknya kamu jalan terus ke arah Boyolangu, lewatin tempat jual marmer, sampai di sebelah kanan ada plang pengacara, belok kanan trus ada jembatan, rumahnya di sebelah kiri"
"Ok Bule'...."

Jam 6 Pagi kita berangkat. Kita berdua pake kaos oblong celana selutut dan belum mandi, Andrapun demikian, malahan dia cuma pakai kaos singlet. Bergeraklah kita bertiga ke arah Gunung Budeg, masuk kelurahan Boyolangu, lewatin tempat marmer dan sampailah di daerah Campur Darat, ada plang pengacara langsung belok kanan, ada jembatan langsung belok kiri. Tanya ke penduduk sekitar rumah Nila sebelah mana ya...?? Tidak ada yang tahu, hampir desperado kita balik ke arah jalan raya, tapi di sebelah kiri ada bapak-bapak sedang berdiri...

"Pak, numpang tanya, rumah Nila sebelah mana ya..??"
"Oh di sebelah sini Mas, dibelakang rumah saya..."
"Masuknya lewat mana Pak...??"
"Ooohh... Mas tinggal keluar ke jalan raya aja, trus belok kiri, 10 meter di sebelah kiri itu rumah Nila di pinggir jalan, yang ada tambal bannya..."
"Terima kasih Pak..."

Naik mobil lagi, keluar ke jalan raya, belok kiri, tiba-tiba ada seorang perempuan keluar dari sebuah rumah, ternyata Nila pengasuhnya Andra, tapi dia terlihat bingung, belum saya turun mobil dia sudah lari masuk rumah lagi. Ternyata dia memanggil kedua orangtuanya.

Saya turun dan melihat keadaan rumah dari luar, luas rumahnya hanya sebesar kamar tidur saya, dibagi menjadi tiga ruang, ruang tamu, dapur dan kamar, sepertinya tidak ada listrik karena penerangan menggunakan lampu petromak, dindingnya dari bedeng, lantainya tanah, keadaannya memprihatinkan. Nila kemudian keluar bersama kedua orang tuanya, mereka begitu takjub dan kaget karena saya, Andra dan Tommy mau mampir ke rumah mereka

"Saya Rino Bu.... Pak.... "
"Iyaa.. saya Bapak Ibunya Nila, ini momongane Nila yo.... cakepnyaaaaa......"
"Andra mulai membentangkan tangan untuk digendong Nila..."

Tanpa disangka-sangka ada sekitar 5 sampai 6 orang di seberang jalan yang sedang menunggu angkot dipanggil oleh Bapaknya Nila..

"Hei siniii... Iki momongane Nila....!!"
Serentak mereka datang dan menyalami kami berdua sambil bertakjub ria melihat Andra secara rambut Andra juga baru saja di double skin
Dan....
Banyak lagi yang dipanggil dari kiri dan kanan rumah, alhasil kita bertiga seperti Indonesian Idol yang dikelilingi penggemar, maksud saya Campur Darat Boyolangu Idol

Begitulah kehidupan di desa, begitu erat persaudaraannya, kalau ada satu keluarga senang maka tetangga-tetangga yang lain akan ikut merasakan kesenangan itu, begitu pula sebaliknya, dan akhirnya habislah masa Idol kami, dengan berat hati kami akhirnya kembali ke Tulung Agung sambil membisiki Nila, "Cepet pulang ya...."

Friday, October 19, 2007

Apaan tuh....???!!


Pulang kampung ke Tulung Agung Jawa Timur ke rumah ortu mertua....
Rumah di sana cukup besar dengan halamannya yang besar pula. Istri sudah menginap di sana sejak 3 hari yang lalu, sedangkan saya menyusul sehingga baru tiba pada hari sabtu tanggal 13 Oktober
Sampai di sana langsung meletakkan tas pakaian, menjemur handuk yang saya bawa dan memarkir mobil di bawah pohon mangga, makan siang dan langsung mandi
Malamnya....

Mau mandi karena udara panas, pada waktu itu pukul 19.30, ambil handuk di jemuran dekat dapur lama, tiba-tiba saya melihat anak kecil bertelanjang dada memperhatikan saya, jaraknya sekitar 5 meter, saya perhatikan dan saya ambil kesimpulan bahwa itu adalah anak kampung yang nyasar ke rumah, rambutnya nyaris ikal dengan pandangan mata kosong ke arah saya, saya cuekin sambil berlalu...

"Bule' (panggilan tradisional untuk tante), itu ada anak kampung nyasar ke halaman belakang...!"
"Anak kampung..?? Itu bukan anak kampung... Nggak ada anak kampung yang berani masuk sini, lagian di belakang kan pagar tinggi..."
"Trus itu apa...??"
"Tebak aja sendiri...!!"

Sampai sekarang gue nggak bisa lupa muka tuh tuyul....

Sunday, October 7, 2007

Laki-laki (dari millis sebelah)

Ciri-ciri Pria CIRI-CIRI FISIK :

1. Permukaannya sering ditutupi rambut. Lebat di beberapa bagian, jarang di
bagian lain.
2. Mendidih ketika tertekan, membeku jika dihadapkan dengan logika, mencair
jika diperlakukan bagai dewa.
3. Mudah hilang keseimbangan jika bersenyawa dengan C'H'-OH (Alkohol)
4. Cenderung mudah jatuh ke dalam enerji rendah apabila bereaksi dengan
"wanita".
5. Jarang jujur setelah berusia 14 tahun
6. Menjadi gigih dan tidak
menyerah
jika tantangan datang tetapi lemah oleh kelembutan, bujuk rayu dan
sanjungan.
7. Sering mudah rusak akibat reaksi langsung dari jebakan "wanita".


SIFAT-SIFAT KIMIAWI :

1. Memiliki semua bentuk reaksi keinginan terhadap wanita sekalipun jika
reaksi tersebut bahkan tak mungkin berkelanjutan.
2. Bisa bereaksi cepat dengan beberapa isotop wanita dalam kondisi ekstrem.
3. Memiliki sifat yang kuat untuk menyakiti dan mengecewakan wanita.
4. Biasanya mau bereaksi dengan wanita mana saja.
5. Reaksinya bisa lambat, tenang, cepat, hingga secepat kilat.
6. Ketika larut dengan alkohol, ia menjadi tak berdaya dan menolak
unsur-unsur lain.
7. Kurang senang dengan tetek bengek urusan rumah tangga
8. Kurang suka
berurusan dengan keperluan anak-anak kecil.

Tujuh Sifat pria

1. Kreatif
2. Ambisius
3. Modern
4. Pesimis
5. Radikal
6. Eksotik
7. Tangguh
Kalau di singkat, sifat pria itu K.A.M.P.R.E.T .

Wednesday, October 3, 2007

Portas

Di suatu sore...
"No, lagi ngapain loe..?"
"Nggak lagi ngapa-ngapain, emangnya kenapa...?"
"Mortas yuk..."
"Mortas..?? Apaan tuh..?? Lagian gue udah males main sama loe lagi, gara-gara loe gue didamprat orang kampung yang punya tambak..." (kalau mau tahu cerita tentang hal ini silahkan baca postingan saya yang berjudul "mancing")
"Laguan loooooo..... Kalo mortas nih nggak pake ketahuan deh, Dijamin..!"
"Emangnya mortas ngapain sih...??"
"Mortas itu asal katanya portas, nah, portas itu racun ikan, kalo kita sebarin portas di kali, ikan-ikan pasti pada klepek-klepek, trus kita tinggal ngambil doank..."
"Wah yang bener tuh, gue ikutan deh..."

Akhirnya kita beli portas di pasar Ciputat, setelah itu langsung kita sebar di kali dekat rumah saya, dan hasilnya benar saja, ikan-ikan di sana langsung pada mabok, kita tinggal ngambil tanpa bersusah payah. Senang bukan kepalang, ikan-ikan tersebut langsung kita bakar, tentunya tidak lupa memanggil teman-teman yang lain.

"Wah hebat loe No..."
"Bukan gue, tapi si Narto tuh yang punya ide..."
"Yang punya ide sih gue, tapi kan yang punya duit si Rino tuh ha..ha..ha.."

Setelah kenyang kita pulang ke rumah masing-masing
Malam hari sekitar pukul 20.00 pintu rumah diketuk orang.
"Assalamualaikum..."
"Wa alaikum salam..." Bapakku menjawab

Begitu pintu dibuka ternyata yang datang adalah orang yang punya tambak yang ikannya pernah aku pancing (sekali lagi saya ingatkan untuk membaca postingan saya dengan judul "mancing").

"Ada apa Pak...?"
"Begini Pak, sepertinya anak bapak nggak ada kapoknya..."
"Lho ada apa ini..? Anak saya nyuri ikan lagi...?"
"Bukan, tapi anak bapak meracuni ikan di kali, dan air kali itu merupakan sumber air dari tambak saya, akibatnya ikan saya pada mati semua...!"

Berakibat benar-benar tidak boleh bergaul dengan Narto lagi...

Tuesday, October 2, 2007

Mie Goreng

Sekali lagi tentang makanan di kantor...

"Her, gue pesen mie goreng ya..."
"Iya mas, pedes nggak...?"
"Sedeng aja..."

15 menit kemudian OBku si Heri muncul sambil membawa bungkusan

"Nih mas mie gorengnya..."
"Ma kasih ya Her...?" balasku sambil membuka bungkusan
Dan...
"Her... mie gorengnya kok ada bihunnya..??
"Iya mas, tadi pas saya pesen mienya tinggal dikit, ya udah saya suruh tukangnya nyampurin bihun aja biar jadi satu porsi..."

Gubrak....

Lontong Sate


Suatu sore di Wisma Dharmala Sakti, tempat saya berkantor dulu....

"Gue titip sate donk...."
"Pake nasi atau pake lontong No...?"
"Pake lontong aja deh..."

Suatu hal biasa yang terjadi di antara kita di setiap sore adalah acara makan sore, yang males ke kantin atau ke gang senggol atau lagi sibuk biasanya minta tolong titip makanan kepada teman-teman satu departemen yang turun ke kantin atau ke gang senggol tersebut.

"Loe nggak makan, Fer...??"
"Gue udah nitip ama Widi..."
"Oh ya udah, gue juga udah nitip sama Danang..."
"Danang...? Emangnya dia mau dititipin?"
"Ya jelas mau lah...."

Satu jam telah lewat, akhirnya rombongan tim pembawa titipan makanan datang

"Nih Rin.... Sate 10 pake lontong"
"Ma kasih ya Nang..."

Saya buka bungkus plastik sate dan kemudian mengerutkan dahi, kayaknya ada yang aneh dengan sate plus lontong ini, dan ternyata..... Sate memang benar 10 tusuk, tapi lontongnya Tidak Dipotong. Suatu kesalahan unik yang membuat saya geli, sejak kapan ada orang makan sate tapi lontongnya tidak dipotong...?? Tertawa dalam hati, senyum tersungging di mulut, memundurkan kursi sambil berbisik ke teman di belakang saya

"Fer, loe pesen apa...?"
"Nasi goreng, loe apa...??"
"Sate, tapi lontongnya nggak dipotong..."
"Ha..ha..ha.. yang bener loe... mana gue liat...??"
"Sssssttt... udah deh biarin aja, lagian gue kan udah cukup berterima kasih dia mau dititipin makanan..."balasku sambil berbisik
"Hi..hi..hi.. iya deh..."

Tapi tidak lama ada kejadian yang mengejutkan, Boss saya yang super cerewet keluar dari ruangan...

"Rin, loe pesen makanan apa..?" tanyanya dengan lantang, biasalah, si Bos itu kalau ngomong nggak ada bassnya, full treble dan kuencengnya minta maap...
"Pesen sate mbak..."
"Bagi donk...."
Sambil mendekat ke arah saya dan menatap sate di meja saya dia bergegas dengan penuh semangat sambil ketawa ketiwi. Tapi tiba-tiba ada suara melengking yang meledak di sore hari mirip suara sirine Paspampres...

"RINOOOO.....!!!! LOE PESEN SATE SAMA SIAPA...?? LONTONGNYA KOK NGGAK DIPOTONG...?? ORANG GUOBLOG MANA YANG PESEN SATE TAPI LONTONGNYA NGGAK DIPOTONG...???"

Gubraaakk.......
Nggak enak ati juga sama si Danang hi..hi..hi..

Sampai dengan hari ini tragedi lontong itu masih sering dibuat lucu-lucuan oleh teman-teman meskipun si pembawa lontong tanpa dipotong itu sudah resign dan si Boss sudah tidak di sini lagi tapi tetap saja saya masih merasa tidak enak hati

This story is dedicated to Danang...

Monday, October 1, 2007

Mancing...


Waktu itu saya masih kelas 4 SD...
Pada saat menunggu buka puasa salah seorang kawan saya, namanya kalo nggak salah si Narto, mengajak saya untuk memancing di sebuah danau buatan di dekat pasar Ciputat....
"Loe mau ngapain No..?"
"Nggak ngapa-ngapain, paling mau main sepeda, emang kenapa To....??"
"Mancing yuk..."
"Tapi kan bentar lagi Buka Puasa, ogah ah..."
"Udah, sebentaran doank.... sekarang jam setengah lima, kita mancing sejam aja"
"Ya udah deh, gue ikut..."
Tidak seberapa lama Narto sudah siap dengan perlengkapan mancingnya, begitu juga dengan saya. Dan ternyata dia mengajak teman sebaya saya juga, namanya Maman, cerita mengenai Maman ini sebenarnya seru karena saya dulu sempat naksir salah seorang kakaknya. Kita lanjutkan cerita mancing ini dulu ya....
"Wah Man, loe ikutan juga..??'
"iya nih, emak gue nggak masak, kalo dapet ikan kan lumayan buat kita makan rame-rame, di rumah gue nggak suka masakannya..."
Akhirnya berangkatlah kita bertiga ke danau yang dituju. Ternyata danau tersebut bukanlah danau, melainkan sebuah tambak ikan yang menurut Narto adalah tambak liar. Mengambil posisi masing-masing kemudian mancinglah kita bertiga. Satu jam telah lewat dan kita ternyata berhasil mendapatkan beberapa ekor ikan, lumayan buat bahan buka puasa. Pulanglah kita dan kita bakar ikan tersebut di depan rumah Maman, setelah matang bagian saya tentu saja saya bawa pulang dan dengan bangga saya pamerkan ke ibu dan bapak. Mereka cuma tersenyum...

"Assalamualaikum......"
"Wa alaikum salam, mau cari siapa ya Pak..?"
"Betul ini rumah Pak Suharto....??"
"Iya betul saya sendiri, ada perlu apa ya Pak...??"
"Begini Pak, saya cuma mau ngasih tau aja kalo anak Bapak udah nyuri ikan saya...."
"Lho Pak, jangan sembarangan ya.... anak saya itu emang sih tadi sore bawa ikan, tapi itu hasil dia mancing"
"Bapak betul, anak bapak memang dapet ikan itu dari mancing, cuma anak bapak mancingnya di tambak saya....!!!"

Akhirnya....
Berakibat nggak boleh lagi bergaul dengan Narto....

Orgasme

Saya lupa kejadian ini pada waktu kelas berapa, tapi yang pasti sih pas SMA, nama-namanya terpaksa dibuat fiktif, tetapi ceritanya real. Kejadiannya dimulai ketika diskusi nggak penting dimulai selesai jam sekolah
"No, loe tadi bisa nggak ngerjain bahasa inggrisnya..??"
"Gue lagi loe tanyain, kayak baru kenal gue aje, ya jelas nggak bisa donk..."
Tiba-tiba datanglah seorang teman saya yang saya pikir dia adalah orang paling kumel, lecek dan aneh di sekolah. Sebut saja namanya Dudi.
"Heh temen-temen, gue punya ide cemerlang nih, gimana kalo kita ngerjain guru.."
"Wah kalo ngerjain guru gue nggak ikutan deh, bisa berabe tuh urusannya.." Ujarku
"Tapi yang ini nggak bakalan ketahuan bro..."
"Wah yang bener...?"
"Iye, cuma agak mahal..."
"Mahal..?? Emangnya kita mau ngapain..??"
Selagi asik ngobrol tiba-tiba datanglah dua orang temanku yang lain. Mumpung lagi pada ngumpul saya ajaklah mereka untuk ikutan meeting.
"Oke deh Dud, rencana loe apaan...??"
"Gue mau bikin (sebut saja Mira) Bu Mira orgasme..."
"Hah... Loe gila....!!"
"Iye, gila loe... Kalo gitu urusannya bisa sama polisi tuh.."
"Ya nggak lah.... Gue punya dukun yang bisa membuat seorang perempuan orgasme, medianya pake kacang polong, kalo kacang polong yang udah dikasih jampi-jampi itu dipecahin maka si perempuan tadi akan langsung orgasme..."
"Hmmm.... Lucu juga ya... gimana nih temen-temen, pada setuju nggak..?"
"Oke deh kita pada setuju, biayanya berapa..?"
"Biayanya satu orang Go ceng deh..." sahut Dudi dengan lantang
"Oke, hari ini loe kerjain, duitnya besok kita kasih.."
"Siiiippp...."
Keesokan harinya kami berempat sudah berharap-harap cemas dan duduk paling depan. Sampai-sampai Bu Mira terperangah karena kita mau duduk depan. Tidak berapa lama muncullah si Dudi sambil tersenyum-senyum dan ikut duduk di depan.
"Kalian kok tumben duduk di depan..?"
"iya Bu, yang kemarin kita nggak gitu ngerti..."
"Oh ya sudah, baguslah kalo begitu, sekarang kita lanjutkan pelajaran minggu ini..."
Pelajaran dimulai, setelah satu jam pertama mulailah saya memerintahkan Dudi untuk memulai tugasnya. Pertama dia mengeluarkan kacang polong dari selembar kecil kain batik, dia baca-baca mantera kemudian dia berdiam diri.
"Dud, kok loe diem aja, udah kerjain aja..."
"Tenang bro, tunggu tuh guru menghadap ke papan tulis... Pasti reaksinya lucu.."
Tidak berapa lama Bu Mira membelakangi kami sambil menulis di papan tulis, Dudi dengan mimik serius mengeluarkan kacang polong itu diikuti dengan mulut kami berempat yang menganga menunggu pertunjukan heboh tahun ini....
"Traaakkk......"
Kacang polong sudah dipecah, secara serius kami menatap dengan tajam ke arah Bu Mira, terutama (maaf) dibagian bokongnya. Hitungan satu, dua, tiga, empat, lima sampai dua puluh tidak ada pergerakan (lucu) yang berarti. Dan tiba-tiba...
Dari arah luar kelas ada anak kelas sebelah yang berteriak....

"Heh Dud, kembaliin go ceng gue...!!"